Tumpulnya rasa kebersamaan

Sudah tumpulkah rasa kebersamaan kita? Ke mana kah perginya karakter bangsa yang ramah dan saling menolong?
Itu lah pertanyaan yang terus muncul sepanjang hari Minggu ini yang dipicu oleh beberapa kejadian.
Yang pertama, di Cilandak Town Square (Citos). Saya memarkir mobil di tempat parkir yang disediakan di dekat lapangan tenis. Lurus sesuai garis. Dua jam kemudian ketika saya akan keluar ternyata sudah ada beberapa mobil yang parkir di belakang mobil saya, dan tentu saja mereka tidak berada di dalam garis parkir yang resmi. Saya mencari tukang parkir agar dapat dibantu mendorong mobil di belakang saya. Seperti sudah diduga, dalam suasana parkir yang sangat ramai dan susah diatur, tukang parkir hilang lenyap ditelan bumi. Saya bertanya kepada beberapa anak muda yang sedang duduk menikmati jajanan di samping mobil saya: "apakah ada di antara kalian yang merupakan pemilik mobil ini?" (sambil menunjuk mobil yang menghalangi mobil saya). Semua menggelengkan kepalanya tanpa bersuara. Oh, baiklah.... Saya pun mulai mendorong mobil itu dengan tenaga yang saya punya. Tak ada dari anak-anak muda itu yang membantu mendorong mobil, mereka hanya menonton saya mendorong mobil tanpa berkedip. Mobil bergerak senti demi senti, anak-anak muda itu tetap bergeming. Akhirnya datang seorang supir yang membantu saya mendorong sehingga mobil saya dapat keluar.
Malamnya saya menemani adik saya berbelanja ke Lotte Mart di Gandaria Citry. Saya berjalan dari lorong ke lorong, menikmati rasa nyaman berbelanja di lorong yang lebar dan terang. Tiba di lorong bagian minyak goreng saya melihat ada sepasang suami istri sedang memilih minyak goreng. Di dekat kaki sang suami ada dua kemasan minyak goreng yang tergeletak, sepertinya jatuh tanpa sengaja dari rak. Merasa bukan dia yang menjatuhkan minyak itu, sang suami tetap asyik memilih-milih minyak, dan dua pak minyak goreng tetap tergeletak di lantai.
Di perjalanan pulang ke rumah malam itu saya melewati jalan Melawai Raya. Tampak beberapa orang, mungkin juga keluarga, tertidur lelap di emperan toko. UUD 45 pasal 34 ayat 1 mengamanatkan fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara. Di mana kah negara itu? Di mana kah bangsa yang ramah tamah dan suka menolong itu? Itu lah repotnya hidup di negara yang penuh simbol tanpa makna. Kesetiakawanan hanya berhenti sebagai suatu peringatan setiap tanggal 20 Desember.

Comments

Popular posts from this blog

Jusuf Ronodipuro

Agama saya cinta [mengutip Gede Prama]

Soekarno berdasi merah