SBY dan Indolish

Tulisan di bawah ini saya kirimkan ke milis Forum Pembaca Kompas pada hari Jumat, 22 Mei 2009 jam 7:38 pagi yang dipicu oleh kegalauan saya melihat penampilan calon presiden Susilo Bambang Yudhoyono di TV One dalam acara Presiden Pilihan bersama KADIN. Dari awal saya sudah menduga bahwa ia akan banyak sekali menggunakan bahasa Inggris dalam dialog ini sehingga saya sudah menyiapkan komputer untuk bisa langsung mencatat kata-kata bahasa Inggris yang dia gunakan malam itu. Namun demikian, saya sangat kaget melihat tumpah ruahnya kata berbahasa Inggris dalam dialog itu. Bahkan untuk kata-kata yang sangat mudah dijumpai padanannya dalam bahasa Indonesia, seperti "two years".

Berikut kutipan lengkap tulisan saya:

Tadi malam saya menyaksikan acara Presiden Pilihan yang diselenggarakan oleh KADIN dengan capres SBY.

Selama acara yang berdurasi 70 menit dan dibagi atas 4 bagian itu, 134 kali SBY menggunakan bahasa Inggris untuk menyampaikan pendapatnya. Itu angka yang tertangkap oleh saya, tetapi jumlah tepatnya pasti lebih tinggi.


Kalimat berbahasa Inggris pertama yang dia gunakan adalah: “If I am elected again…”

Kalimat berbahasa Inggris terakhir yang dia gunakan adalah: “My motto is pembangunan untuk semua…development for all”

Di antara dua kalimat itu menyeruak beragam kalimat dan kata berbahasa Inggris, yang sebagian terdengar seperti gaya artis Cinta Laura kalau berbahasa Indonesa (ingat huzhan, bechek ga ada ozhek…)

Kalimat lainnya termasuk “what I have done so far” “what I am going to do” “they don’t understand” “will be better” “easiness of doing business in Indonesia” “it has to be now” “ten percents of our budget” dan masih banyak lagi. …

Yang paling menggelikan adalah ketika ia mengatakan “we are now at the end of the beginning…eh salah salah….at the beginning of the end”. Rupanya agak sulit menghapal dalam bahasa Inggris.


Menyedihkan sekali melihat seorang pemimpin yang di tahun 2003 pernah menerima penghargaan sebagai pejabat negara yang berbahasa Indonesia terbaik sekarang seperti sulit menemukan kata-kata dalam bahasa Indonesia untuk menyampaikan pikirannya. Hal ini terlihat di hampir seluruh pidato SBY. Pemujaannya pada hal-hal yang berbau luar negeri (lebih tepatnya Amerika) tampak jelas dalam acara deklarasi di Sabuga, Bandung, yang jelas-jelas menyontek gaya Obama. Kebetulan warna biru PD bila digabungkan dengan warna merah putih Indonesia akan menjadi warna AS. Kebetulan pula SBY dan Obama sama-sama berasal dari Partai Demokrat.



Berikut adalah artikel di Kompas tahun 2003 tentang penghargaan pengguna bahasa Indonesia lisan terbaik yang diserahkan kepada SBY. Ironinya, penghargaan ini diserahkan oleh Menko Kesra Jusuf Kalla....

Rabu, 15 Oktober 2003

Enam Tokoh Berbahasa Indonesia Lisan Terbaik
- Termasuk di Antaranya Dubes Inggris

Jakarta, Kompas - Untuk pertama kalinya Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional bersama tujuh organisasi media massa memilih enam tokoh berbahasa Indonesia lisan terbaik. Keenam tokoh tersebut adalah Susilo Bambang Yudhoyono (Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan), Yusril Ihza Mahendra (Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia), Eep Saefulloh Fatah (pengamat politik), Nurcholish Madjid (cendekiawan Muslim), Pradjoto (pengamat hukum perbankan), dan Richard Gozney (Duta Besar Inggris untuk Indonesia).

Nama-nama tokoh tersebut diumumkan dalam Pembukaan Kongres Bahasa Indonesia VII di Hotel Indonesia Jakarta, Selasa (14/10). Mereka memperoleh penghargaan berupa plakat yang diserahkan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Jusuf Kalla.

Kepala Pusat Bahasa Dendy Sugono mengatakan, pemilihan tokoh berbahasa Indonesia lisan terbaik dilakukan agar ada kepedulian untuk berbahasa Indonesia dengan baik dan benar dari tokoh-tokoh lainnya. Mereka yang terpilih itu bisa menjadi teladan bagi masyarakat.

Kriteria penilaian, lanjut Dendy, meliputi vokal-berupa kenyaringan dan keterdengaran serta enunsiasi (kejelasan pengucapan)-dan intonasi (tekanan suara). Selain itu juga dinilai pilihan kata/istilah dan struktur kalimat, penalaran dan organisasi tuturan, serta sikap ketika berbicara.

Pemilihan dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama berupa pencalonan oleh media massa cetak dan elektronik. Tahap kedua pemilihan dilakukan oleh dewan juri. Pada tahap pertama, setiap media massa sejak tanggal 1 April hingga 15 Juli 2003 mencalonkan lima tokoh. Selanjutnya, nama-nama tokoh dari usulan media massa diseleksi oleh dewan juri.

Selain dari Pusat Bahasa, dewan juri juga terdiri dari wakil-wakil organisasi media massa, yakni Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jakarta, Aliansi Jurnalis Independen (AJI), Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI), Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia (PRSSNI), Dewan Pers, Lembaga Pers Dr Sutomo, dan Forum Bahasa Media Massa (FBMM).

Di samping tokoh berbahasa Indonesia lisan terbaik, Pusat Bahasa juga memberikan penghargaan kepada tiga sastrawan, yakni NH Dini, Dorothea Rosa Herliany, dan Oka Rusmini.

Mewakili para penerima penghargaan, Susilo Bambang Yudhoyono tampil di podium memberikan sambutan dengan terlebih dulu mempertanyakan patut-tidaknya para tokoh tersebut dianggap berbahasa Indonesia lisan terbaik. Dia juga mempertanyakan, apakah tiga sastrawan yang menerima penghargaan itu telah memberikan sumbangan prestasi bagi sastra Indonesia.

"Bagi kami, tiada hari tanpa terus-menerus memperbaiki, belajar, dan menyempurnakan kemampuan dan cara berbahasa Indonesia kami. Karena kami yakin, universitas yang abadi itu adalah hidup dan kehidupan kita," ujarnya.

Menurut Yudhoyono, bahasa Indonesia tidak hanya perlu dilestarikan dan diberdayakan, tetapi juga harus diletakkan dalam proses kehidupan bangsa yang dinamis sekaligus menjadi daya saing bangsa dan negara.

Richard Gozney dan Yusril pun tidak percaya kalau dirinya layak mendapat penghargaan tersebut. Meski demikian, dengan penghargaan itu, Gozney dan Yusril merasa tertantang untuk lebih banyak belajar menyempurnakan kemampuan berbahasa Indonesia lisan.

Gozney secara khusus berharap, orang-orang asing termasuk diplomat yang berada di Indonesia berniat mempelajari bahasa Indonesia. Ia menilai, sungguh merupakan sikap mulia dari orang asing jika berupaya mempelajari identitas bangsa yang ditempatinya hidup dan bergaul. "Apalagi, bahasa Indonesia sangat fleksibel menerima kata-kata serapan asing," ujar Gozney, yang mengaku mempelajari bahasa Indonesia sejak tahun 1970-an, ketika pertama kali berdinas di Indonesia.

Dia mencontohkan, dulu pada tahun 1970-an belum ada istilah "wartel" dan "krismon" dalam bahasa Indonesia. Dua kata itu merupakan contoh penggabungan bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris yang kemudian melahirkan kata tersendiri.

"Menjelang Presiden Soeharto turun, istilah krismon malah menjadi kristal. Artinya krisis total. Begitulah lenturnya bahasa Indonesia menerima serapan asing," urai Gozney.

Ancaman globalisasi

Wakil Presiden Hamzah Haz dalam sambutannya yang dibacakan Jusuf Kalla menilai, bahasa Indonesia sebagai pemersatu bangsa di tengah keberagaman latar belakang suku dan budaya. Era globalisasi- ditandai dengan pemberlakuan perdagangan bebas, arus barang, jasa, dan tenaga kerja-dikhawatirkan ikut mengancam kelestarian bahasa Indonesia. Kondisi itu akan membawa pengaruh pada perilaku masyarakat dalam bertindak dan berbahasa, antara lain timbulnya kecenderungan penggunaan bahasa asing dalam berbagai bidang kehidupan.

Dalam persiapan perdagangan bebas-yang ditandai masuknya pelaku perdagangan barang dan jasa luar negeri- wapres melihat perlunya disiapkan regulasi domestik, di antaranya, soal standar kemampuan berbahasa Indonesia supaya komunikasi dalam perdagangan bebas Indonesia dapat berjalan dengan lancar.

Wapres juga mengingatkan, betapa pun hebatnya dinamika kehidupan global, bangsa Indonesia tidak boleh kehilangan identitasnya. Negara Kesatuan Republik Indonesia, bendera Merah Putih, bahasa negara, lagu kebangsaan, lambang negara, dan kebhinnekaan harus selalu diaktualisasikan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. (nar)


Comments

Popular posts from this blog

Jusuf Ronodipuro

Agama saya cinta [mengutip Gede Prama]

Soekarno berdasi merah