Seni Ke

Sudah satu minggu ini aku berbincang dengan teman baru dari seberang.. Luar biasa yang bisa kita lakukan dengan internet. Tanpa perlu terbang atau berjalan jauh kita sudah bisa membuat teman baru.
Percakapan kami terakhir membahas topik yang aku tulis dalam blog ini sebelumnya, tentang peran agama dan peran manusia. Dia tetap mengatakan tidak ada yang salah dengan agama, dan bahwa manusialah yang melakukan penyimpangan terhadap agama.
Argumentasi ini juga kerap digunakan oleh para pemuka agama, toh tetap tidak mengubah fakta adanya pertikaian dan pembunuhan atas nama agama.
Justru itu.... Manusia melakukan "penyimpangan" terhadap agama karena agama itu ada. Kalau tidak ada agama, apanya yang mau disimpangkan?
Sebenarnya, agama untuk manusia atau manusia untuk agama? Dan, apa sih esensi agama itu? Mengatur orang agar hidup bertetangga dengan baik? Membuat orang mengasihi sesama? Menjadikan bumi ini sebagai tempat yang nyaman untuk hidup?
Sejak adanya agama, apa yang terjadi..... perang atas nama agama ! pembunuhan atas nama agama ! penindasan atas nama agama !
Agama menjadi unsur penting dalam statistik. Jumlah saya lebih besar daripada kamu, saya mayoritas... Kita tidak merasa nyaman kalau jumlah pemeluk agama kita tidak besar, karena itu setiap ada berita seseorang berpindah agama maka akan disambut hangat oleh kelompok agama tersebut, dielu-elukan dan kalau perlu diberitakan secara luas. Seakan-akan, masuknya anggota baru dalam agama tersebut semakin menegaskan bahwa agama itu lah yang lebih benar dibandingkan yang lain.
Bagaimana dengan para koruptor itu? Bukankah KTP mereka juga mencantumkan agama? Bukankah mereka juga rajin menjalankan "ritual" agamanya?
Bagaimana dengan para penjual narkoba? Pembunuh? Pemerkosa? Penipu?
Apakah mereka tidak beragama?
Saya yakin seratus persen, mereka pasti beragama karena di Indonesia semua orang wajib mencantumkan agama di KTP. Dan orang hanya boleh "memilih" salah satu dari lima agama yang "diakui" pemerintah. Lelucon apa pula ini?????
Jadi, untuk apa agama itu?
Marilah kita ber-Tuhan. Marilah kita menjadikan "agama" sebagai urusan pribadi masing-masing kita dengan yang di atas (apapun namanya, bagaimanapun kamu ingin memanggilnya). Untuk satu hal ini saya rasa kita harus menjadi selfish, dalam arti simpanlah kepercayaanmu itu untuk dirimu sendiri. Lakukan hal-hal baik yang dikatakanNya lewat mata hati mu, dan ceritakanlah hal-hal ini kepada orang yang ingin tahu karena melihat hal-hal baik dari dirimu.
Seni ke?

Comments

Wautz said…
hey..
seni ke...nice title..i wonder where u got that one..
anyway...keep on writing..
love to read yr blog..
just put in some nice erotica will you..hehehe

Popular posts from this blog

Jusuf Ronodipuro

Agama saya cinta [mengutip Gede Prama]

Soekarno berdasi merah