Janji politik
Setiap orang memiliki hak mutlak untuk menyalurkan aspirasi politiknya, memilih partai atau tokoh yang paling cocok di hati, dan semoga juga di pikiran. Dari beberapa kali pemilu setelah reformasi 1998 saya melihat banyak orang yang memilih berdasarkan faktor hati. Misalnya, ada yang memilih seseorang karena dia ganteng atau cantik, karena tegas, karena saleh (atau tampak saleh), karena dari agama yang sama, atau dari suku yang sama. Janji-janji politik dan rekam jejak tidak menjadi faktor penentu, karena itu ketika partai politik atau sang tokoh tidak menepati janjinya tidak ada yang menagih atau menuntut. Ada hal yang berbeda di tahun politik ini. Tiba-tiba janji politik Jokowi dibahas lagi dan ditagih. Mendadak sontak lini masa penuh dengan tuduhan bahwa Jokowi berbohong karena tidak menuntaskan janjinya. Ada kesalahan berpikir di sini yang berasal dari lemahnya pendidikan bahasa Indonesia di sekolah dan di rumah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, berbohong adalah mengatak